Merajut Kebersamaan Menuju Pribadi Muslimah Berkualitas Insan Cita
(Oleh: Dzakiyah Fatih Rahmaningrum)
Korps HMI-Wati (Kohati) merupakan
badan khusus HMI yang bertugas membina, mengembangkan dan meningkatkan potensi
bagi HMI-Wati dalam wacana dan dinamika gerakan perempuan. Sebagai badan khusus
HMI, Kohati memiliki peran dalam membina muslimah sejati untuk menegakkan dan
mengembangkan nilai-nilai ke-Islaman dan ke-Indonesiaan bagi HMI-Wati
khususnya. Status dan peran yang dimiliki Kohati ini semata-mata adalah untuk
mewujudkan tujuan Kohati yaitu Terbinanya muslimah yang berkualitas insan cita.
Dengan spesialisasinya yang bergerak dibidang perempuan, maka sudah seharusnya
Kohati mampu merespon perkembangan permasalahan keperempuanan dalam dunia
kampus maupun masyarkaat.
Dalam rangka mewujudkan tujuan
Kohati ini tidak dapat dipungkiri adanya ini banyak problem-problem yang masih
belum bisa teratasi oleh Kohati, baik ditingkat pengurus,
anggota maupun ekstrainer.Diantara problem-problem yang dihadapi Kohati yaitu; pertama,
kurangnya rasa nyaman yang dirasakan oleh beberapa kader kohati. Seperti, terlihatnya
sekat antara pengurus Kohati dan
anggota, khususnya yang masih ekstrainer. Ketika dalam forum diskusi pengurus
kohati lebih mendominasi forum dan sering bergerombol antar pengurus saja.
Akibatnya, kader kohati enggan untuk menyuarakan pendapatnya, muncul sikap canggung
kepada pengurus atau sesama kader. Perihal
ini memang sepele, hanya saja kalau diabaikanakan berdampak besar terhadap
sikap militan HMI-Wati dalam berhimpun dan konsekuensinya adalah
hilangnya HMI-Wati dalam himpunan.
Kedua,kurangnya pendekatan personal yang terjalin antara pengurus,
anggota dan ekstrainer. Pendekatan personal yang terjalin di lingkup Kohati
semakin lama semakin terkikis. Pasalnya, pengurus, anggota maupun ekstrainer
lebih sering bergaul dengan kawan sekelompoknya atau yang paling dianggap
akrab. Komunikasi yang dilakukan pengurus kepada ekstrainer juga hanya sebatas
pada hal-hal tertentu saja yang sifatnya formal. Seperti pemberitahuan diskusi,
kajian maupun agenda-agenda lainnya. Kalaupun ada yang mampu berkomunikasi
secara lebih dekat itupun hanya terjadi pada anggota-anggota tertentu saja,
tidak menyeluruh. Hal ini tanpa disadari memicu lahirnya sikap iri dalam diri
kader, yang kemudian membuat sebuah hubungan dalam himpunan tidak harmonis
lagi.
Ketiga,manajemen waktu. Permasalahan yang sering muncul banyak disebabkan
oleh manajemen waktu yang kurang baik. Manajemen waktu yang kurang baik
akan membuat setiap pekerjaan tidak berjalan sesuai apa yang kita rencanakan.
Begitu pula di dalam Kohati,
manajemen waktu setiap anggota dirasa masih bertendensi mengutamakan
kepentingan pribadi daripada kepentingan bersama. tidak dapat dipungkiri bahwa
anggota Kohati adalah mahasiswi dan akademisi semua yang disibukkan dengan berbagai tugas kuliah
maupun tugas lainnya. Masalah yang juga muncul disini adalah jarak rumah
HMI-Wati yang jauh dari kampus menjadi kendala bagi HMI-Wati untuk sekedar
berkumpul atau mengikuti agenda Kohati.
Keempat,kesadaran akan literasi. Beberapa permasalahan diatas
dapat dikatakan sebagai permaslahan yang klasik, permaslahan yang sama sejak
dahulu. Namun, ada permasalahan yang menurut penulis sangat familiar bagi
Kohati yaitu kurangnya kesadaran akan literasi. Studi kasusnya, banyak anggota
Kohati mulai menurun akan minat baca dan menulisnya. Pola hidup yang saat ini
sangat dimanjakan oleh kemajuan zaman telah mengubur kesadaran anggota Kohati
untuk meningkatkan daya kritisnya. Kalau ada istiah “sendiri aku membaca,
berdua aku diskusi dan bertiga aku aksi” kini sudah jauh dari harapan untuk
diwujudkan. Padahal kesadaran akan literasi inilah merupakan salah satu cara untuk mewujudkan cita-cita
dan tujuan HMI dan Kohati.
Kondisi-kondisi Kohati yang telah penulis
uraikan diatas menjadi beberapa faktor yang membuat Kohati semakin jauh dari
tujuannya, yaitu terbinannya muslimah yang berkualitas insan cita. Pada
Mukaddimah Pedoman Dasar Kohati (PDK) menyebutkan bahwa dalam rangka memaknai
peran strategis tersebut, HMI-Wai dituntut untuk menguasai ilmu agama sebagai
landasan keimanan, ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemudahan dalam
aktivitas di organisasi, serta keterampilan yang tinggi dengan senantiasa
menyadari fitrahnya. Lebih jauh untuk melihat usaha yang dilakukan dalam
mewujudkan HMI-Wati yang berkualitas atau menjadi sosok perempuan yang ideal,
ada kualifikasi yang sudah dibuat dan telah menjadi konsep pengembangan kualitas
diri HMI-Wati. Dengan itu, HMI-Wati mempunyai kelebihan yaitu: kualifikasi
intelektual, kualifikasi kepemimpinan, kualifikasi manajerial dan kualifikasi
kemandirian.
Berdasarkan hal-hal di atas, akan lahir
HMI-Wati yang menjadi sosok perempuan yang ideal, perempuan yang penuh
keimanan, perempuan yang akan berguna untuk negara dan bangsa serta
keluarganya. HMI-Wati tidak mudah terpengaruh dengan arus liberalisme,
globalisasi dan modernisasi yang menjerumuskan manusia. Kalaupun modernisasi
tidak dibendung lagi, maka HMI-Wati sudah siap menghadapinya dan tidak menjadi
korban.
Melihat kondisi Kohati yang jauh dari kata
ideal, oleh karena itu penulis memberikan solusi yang dirasa mampu mengatasi
beberapa persoalan yang telah diuraikan di atas. Pertama, meningkatkan
kesadaran literasi dengan mengoptimalkan peran perpustakaan, khususnya
perpustakaan di komisariat. Perpustakaan merupakan gudang buku, sedangkan buku
adalah sumber bacaan dan tulisan. Hal yang peru diperbaiki saat ini adalah
memaksimalkan peran perpustakaan untuk membangun budaya literasi. Misalnya
dengan menambah koleksi buku dan membuat komunitas baca tulis HMI-Wati. Semakin
banyak membaca maka, makin banyak pengetahuan ataupun informasi yang dapat
dikaji bersama. Pembiasaan berdiskusi usai membaca mampu meningkatkan ketajaman
intelektual serta meningkatkan ukhuwah Islamiyah dilingkup Kohati.
Kedua,meningkatkan solidaritas dilingkup Kohati. Bersosialisasi
dengan orang lain memang tidak aan selalu mudah dan menyenangkan. Namun akan
sangat indah ketika dapat saling memahami dan mengerti satu sama lain. menumbuhkan
rasa empati kepada setiap HMI-Wati, perlu dipupuk agar HMI-wati mampu memahami
seutuhnya perasaan HMI-Wati lain dan mampu menempatkan diri di posisinya sehingga
apa yang akan kita lakukan dapat sesuai dengan apa yang dia butuhkan. Sikap
empati harus ditumbuhkan untuk semua HMI-Wati, tidak hanya salah satu pihak
saja.
Ketiga, menjaga silaturrahmi (komunikasi) di lingkup Kohati. Hal
yang paling sederhana namun sudah mulai terkikis saat ini adalah kebiasaan
saling sapa satu sama lain. Sebenarnya untuk menyapa satu sama lain tidak harus
bertemu langsung, dapat dilakukan melalui media sosial dengan memberi
komentar-komentar ringan. Hal
kecil seperti ini sangat penting bagi HMI-Wati khusunya ekstrainer. Karena, mereka merasa
dianggap keberadaanya di Kohati. Selain mereka merasakan keberadaanya dianggap,
mereka akan mulai merasakan peran dan tanggungjawabnya di Kohati. Hal yang
harus dilakukan selanjutnya adalah sering-sering mengadakan perkumpulan. Misalnya,
bincang-bincang ringan, main bareng, memasak bareng, dan lain sebagainya. Semakin
sering HMI-Wati berkumpul maka akan mempermudah saling mengenal antara satu
sama lain dan mulai mengetahui bagaimana karakternya. Selain itu, akan
menumbuhkan rasa kekeluargaan yang hangat bahwa di HMI ini kita mampu berteman
lebih dari saudara.
Kebersamaan yang seperti inilah yang pada
nantinya mampu menyadarkan HMI-Wati akan pilihannya ber-HMI. Di HMI inilah
benar-benar tempat mereka berproses bersama-sama, tempat mereka bernaung,
tempat mereka mengembangkan bakat dan potensinya demi mewujudkan tujuan Kohati,
yaitu terbinanya muslimah berkualitas insan cita.
Tulisan di atas adalah karya salah seorang anggota Kohati Komisariat Adab sebagai bentuk peningkatan budaya literasi.
Kindly get updates from us on our instagram account @kohatiadab
Baca lainnya:
Semarak Hari Kartini
Kohati Adab
Merajut Pribadi Muslimah Insan Cita
Tulisan di atas adalah karya salah seorang anggota Kohati Komisariat Adab sebagai bentuk peningkatan budaya literasi.
Kindly get updates from us on our instagram account @kohatiadab
Baca lainnya:
Semarak Hari Kartini
Kohati Adab
Merajut Pribadi Muslimah Insan Cita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar