PELATIHAN KEPENULISAN
Penulisan Karya Fiksi
Merujuk pada apa yang telah dijelaskan oleh Yunda Rikha Ikke pada kegiatan pelatihan kepenulisan pada tanggal 23 Agustus 2020 ini, sebelum menulis karya fiksi, ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu apa itu sastra beserta jenis-jenis karya sastra (puisi dan prosa).
“Mengapa karya sastra itu diperlukan? Karena karya sastra memiliki peran untuk memperhalus budi berdasarkan pesan moral yang terdapat didalamnya yang sifatnya tidak menggurui.”
Adapun langkah- langkah menulis cerpen adalah sebagai berikut.
1. Kita hendaknya menemukan motivasi menulis dan siapa yang akan membaca tulisan kita.
Mengapa harus memiliki motivasi menulis? Agar tujuan menulis kita menjadi terarah dan jelas. Dengan demikian, kita bisa menentukan apa yang akan kita tulis, apa yang akan diterima oleh pembaca nanti setelah membaca tulisan kita.Hal ini mengacu pada fungsi sastra sebagaimana disebutkan oleh Horace.
Mengapa kita harus menentukan sasaran? Hal ini berkaitan dengan bahasa yang nanti akan kita pakai dalam mengurai sebuah cerita. Misalnya sasaran kita adalah anak-anak, tentu gaya bahasa yang kita buat lebih sederhana agar mudah dipahami. Tentu akan berbeda dengan cerita yang ditulis untuk remaja dan orang dewasa.
2. Menentukan tema, tokoh, dan alur.
Setelah menemukan motivasi menulis, tentu akan memudahkan kita untuk menentukan tema, alur dan tokohnya. Nah, tema yang ditulis ini bisa dikembangkan dengan merefleksi kondisi yang sedang kita alami saat ini.
Jika kita ingin menulis untuk dikirim ke sebuah media, hendaknya kita mencari tahu terlebih dahulu kualifikasi tema yang diminta suatu media itu seperti apa. Nah, untuk mengetahui itu tentunya temen-temen harus membaca karya-karya yang sudah di-publish oleh media yang kita tuju tersebut.
3. Mulai menulis.
Dalam menulis ini kita bisa memilih menggunakan alur maju atau mundur. Tulislah secara mengalir terlebih dahulu. Disarankan peristiwa yang digambarkan adalah berdasarkan pengalaman yang pernah temen-temen alami, bisa pengalaman pribadi atau orang lain yang memang memiliki pesan moral untuk disampaikan, sehingga menuliskannya lebih mudah. Mengapa? Tentu kita akan lebih mudah mengingat sesuatu yang pernah kita alami atau peristiwa yang pernah diceritakan kepada kita daripada membayangkan sesuatu yang belum pernah kita alami sama sekali. Dengan catatan, setiap peristiwa yang kita bangun itu tidak semuanya pure sebagaimana aslinya, temen temen bisa mengemasnya dengan unsur imajinatif atau gaya bahasa untuk menambah sentuhan estetika.
4. Baca ulang dan proses editing.
Dalam menulis, jangan bosan-bosan untuk membaca ulang karya yang sudah ditulis. Hal ini berguna untuk menyempurnakan tulisan. Kemudian, editing naskah juga sangat penting, mengapa? Oleh karena penyampaian karya disampaikan oleh media bahasa, maka kita juga harus memperhatikan aturan bahasa dengan baik, baik kata baku, kalimat efektif, hingga penggunaan tanda baca. Untuk tulisan berbahasa Indonesia, kita bisa mengacu ke PUEBI dan KBBI.
5. Tambahan:Tips menulis
Yang perlu kita lakukan adalah sering-sering membaca karya sastra untuk menambah perbendaharaan kata dalam menulis. Kemudian, pembiasaan menulis hal-hal yang ringan, seperti kita mengisi buku diary, menarasikan kegiatan secara deskriptif. Yang dibutuhkan dalam proses menulis adalah konsisten. Semakin sering maka kita akan dapat mengukur peningkatan tulisan yang kita. Untuk penulisan karya fiksi, emosi sangat mempengaruhi tulisan. Usahakan emosi itu bisa tersampaikan kepada pembaca.
[Penjelasan di atas ditulis berdasarkan penyampaian materi oleh Yunda Rikha Ikke pada kegiatan pelatihan kepenulisan yang diadakan oleh bidang PP dan PPPA pada Hari Minggu, 23 Agustus 2020 secara daring]